Detail Luaran Lainnya

Kembali

StatusDraft
JudulPengenalan Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis Kinestetik Pada Guru-Guru Taman Kanak-Kanak Se-Kabupaten Sleman
JenisModel
DeskripsiPengembangan kecerdasan majemuk pada anak seawal mungkin perlu dilakukan. Kecerdasan majemuk merupakan kemampuan tubuh secara komplek dan diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan dikemudian hari. Banyak upaya telah dilakukan oleh orang tua agar si buah hati dapat cerdas sehingga bisa dibanggakan di kemudian hari, dan demikian juga dengan dunia pendidikan, tidak terkecuali pendidikan jasmani di sekolah. Proses pembelajaran dalam Pendidikan jasmani di sekolah banyak menggunakan aktivitas fisik yang dilakukan baik dalam ruangan tertutup maupun terbuka.
Pendidikan jasmani berbasis kinestetik (bodily kinesthetic) merupakan salah satu pilihan dalam proses pembelajaran, karena dalam proses geraknya memerlukan koordinasi sistim saraf dan otot serta pengendali gerak sehingga mampu menampilkan keindahan dan mengkomunikasikan pesan melalui keindahan gerak. Kecerdasan kinestetik meliputi unsur-unsur keterampilan fisik seperti: koordinasi, kelincahan, kekuatan, kelentukan, keseimbangan, daya tahan dan power. Dalam fisiologi manusia, kinestetik (kinesthesia) berarti indera gerak yang merupakan bagian dari gerak tulang melalui persendian. Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik tinggi akan mampu mengintegrasikan koordinasi antara saraf dan otot secara bersamaan untuk mencapai satu tujuan
Ketersediaan media penunjang pembelajaran pendidikan jasmani untuk mengembangkan kecerdasan majemuk: kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematik, kecerdasan spasial, kecerdasan fisik motorik, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan naturalistik masih sangat terbatas. Beberapa sekolah taman kanak kanak, dalam melaksanakan pendidikan jasmani, cenderung setiap gerakannya bersifat acak dan media yang digunakan adalah suara guru. Pada proses pembelajaran model ini secara tidak langsung suara guru akan mempengaruhi psikis siswa. Jika suara tersebut terdengar bernada tinggi (marah) maka akan mempengaruhi suasana pembelajaran. Suasana pembelajaran yang tidak kondusif memberikan kontribusi pada kualitas pembelajaran. Sedangkan sekolah Taman kanakkanak yang memiliki prasarana pengeras suara dan rekaman musik pelaksanaan pendidikan jasmani dapat diarahkan ke gerak dan irama. Oleh karenanya, evaluasi yang dilaksanakan cenderung terfokus pada hafalan gerak saja. Kondisi ini, belum menyentuh hakiki dari hadirnya pendidikan jasmani. Sentuhan hakiki pendidikan jasmani yang kurang optimal, memberikan kontribusi salah satunya pada sistem evaluasi yang tidak terukur.
Pembelajaran pendidikan jasmani yang berbasis kinestetik berpeluang besar untuk mengembangkan kecerdasan majemuk pada anak usia prasekolah, sebab di dalam pendidikan jasmani memungkinkan terjadi interaksi dengan menggunakan berbagai media. Media-media tersebut dapat berupa benda ataupun dalam bentuk instruksi. Misal bernyanyi dan menyebutkan salah satu anggaota badan untuk digerakkan sesuai dengan arah yang disebut, musik sebagai pengatur irama gerak, memindahkan benda secara urut berdasar warna (permaian berpola) menyusun balok berdasar urutan angka, menghitung jumlah benda yang digunakan untuk melempar dan menghitung jumlah yang mengenai sasaran, namun hal ini kurang mendapat perhatian yang optimal. Hal ini ditunjukkan dalam proporsi jam pembelajaran yaitu lebih banyak duduk di dalam ruang kelas, lebih banyak mendengarkan ceritera guru daripada beraktivitas dengan menggunakan media fisik untuk belajar.
Kurangnya perhatian semacam ini diperparah dengan adanya anggapan orang tua bahwa dengan hanya beraktivitas fisik saja maka akan menjadikan anak bodoh. Hasil penelitian pendahuluan tentang proses pendidikan jasmani di beberapa sekolah taman kanak-kanak disimpulkan bahwa “Proses pembelajaran pendidikan jasmani belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan, hal ini diakibatkan para guru kurang memahami peran pendidikan jasmani bagi anak usia prasekolah”. Dampak dari hal tersebut, model pembelajaran pendidikan jasmaninya pun tidak banyak dikembangkan termasuk penyediaan penunjang dalam proses pembelajaran.
Banyak guru anak usia prasekolah (Taman kanak-kanak) kurang memahami peran pendidikan jasmani dalam proses pendidikan, hal ini dilatarbelakangi oleh pendidikan guru yang masih berasal dari berbagai lulusan. Kebanyakan guru berpendapat bahwa olahraga adalah untuk menjaga kesehatan semata dan belum sampai pada peran pendidikan jasmani dalam menunjang pengembangan kecerdasan anak. Oleh karena itu, proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah diorientasikan untuk melaksanakan kurikulum dan belum menyentuh untuk mengembangkan kecerdasan melalui media gerak. Konsep ini jelas mengingkari konsep pendidikan di Taman kanak kanak yang pada dasarnya merupakan tempat bersosialisasi melalui media gerak tubuh, dengan sistem model pembelajaran bermain.Kondisi ini memberikan peluang bagi pendidikan jasmani sebagai sarana pendidikan yang tidak utama atau sebagai pelengkap saja, sehingga memberikan image pada sebagian besar guru yakni anak yang pandai olahraga akan mengalami hambatan di bidang kognitif. Inilah kondisi proses pembelajaran pendidikan jasmani yang belum optimal dan kurang terukur.
Pengembangan kecerdasan melalui pemberian rangsang aktivitas fisik motorik sangat membantu peletakkan dasar bangunan fisik peserta didik. Fakta menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan pendidikan prasekolah, akan lebih mampu mempersiapkan diri daripada anak yang tidak melalui pendidikan prasekolah. Hal ini disebabkan tumbuhnya kesadaran akan adanya perbedaan pendapat dan menghargai pendapat orang lain, kemampuan untuk bekerja sama serta kemampuan berkomunikasi sudah baik, tumbuhnya kemampuan melakukan analisis sederhana dan membuat pertimbangan yang selanjutnya mampu melakukan pengambilan keputusan pada permasalahan yang dihadapi, dan terjadinya peningkatan kemampuan melakukan komunikasi baik secara lisan, tulis maupun gerak. Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentifikasi berbagai permasalahan dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Tahun(not set)