Detail Luaran Lainnya

Kembali

StatusDraft
JudulPERANAN SWK 101 DAN ULAMA MUHAMMADIYAH DALAM PERANG KEMERDEKAAN II DI YOGYAKARTA
JenisModel
DeskripsiSetelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia masih harus tetap berjuang melawan Belanda yang ingin kembali menguasai. Perlawanan ini diwujudkan pada Agresi Militer I dan Agresi Militer II. Pada Agresi Militer I, tentara Indonesia mengalami kekalahan karena sistem yang digunakan adalah sistem pertahanan linier dengan serangan langsung. Perang ini diakhiri dengan Perjanjian Renville pada 14 Januari 1948. Isi perjanjian tersebut Belanda mengakui wilayah Indonesia yang hanya meliputi Yogyakarta, Sumatera dan Madura. Namun demikian, Belanda mengingkari Perjanjian Renville dan mengadakan penyerangan terhadap ibukota Indonesia yang pada waktu itu pindah di Yogyakarta. Pengingkaran akan Perjanjian Renvile, Belanda melakukan Agresi Militer Belanda II dan menyerang lapangan terbang Maguwo pada pagi hari. Serangan mendadak tersebut, Pemerintah Militer menetapkan pelaksanaan pertahanan berbasis kantong atau Wehrkreise. Sub Wehrkreise dibentuk sebagai bagian dari Wehrkreise untuk memudahkan mobilisasi antara TNI, Polisi, Laskar Rakyat, serta antar Sub Wehrkreise lainnya. Sub Wehrkreise 101 berada di dalam Kota Yogyakarta yang bertugas untuk menghimpun informasi terhadap kekuatan yang dimiliki oleh musuh, serta bertujuan untuk memudahkan komunikasi antar Sub Wehrkreise lainnya. Selain itu, Ulama Muhammadiyah pun mempunyai peranan penting dalam Perang Kemerdekaan. Para ulama dan anggota Muhammadiyah mencatatkan diri sebagai anggota dari Askar Perang Sabil. Melalui kharisma dan wibawanya para ulama dengna mudah untuk menggerakkan sukarelawan dan para pemuda untuk melaksanakan jihad dalam melawan penjajah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah kritis yang terdiri dari empat tahap. Pertama, heuristik yang merupakan tahap pengumpulan data atau sumber sejarah yang sesuai dan relevan. Kedua, kritik sumber yang merupakan tahap pengkajian data atau sumber dari segi kredibilitas dan otentisitas isi dan bentuk fisik dari data atau sumber yang diperoleh. Ketiga, penafsiran yang merupakan tahap penghubungan antar fakta yang telah diperoleh agar mendekati kebenaran. Keempat, penulisan yang merupakan tahap terakhir, disusun secara ilmiah yang dapat didimpulkan secara kronologis agar fakta-fakta yang diperoleh berkesinambungan dalam bentuk karya sejarah.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peranan penting dari Sub Wehrkreise 101 dan juga peranan Ulama Muhammadiyah dalam Perang Kemerdekaan II. Agar dapat menjadi acuan atau literatur tentang peranan rakyat Yogyakarta dalam Perang Kemerdekaan II dikemudian hari. Target khusus dari penelitian ini adalah untuk mencari keselarasan antara pejuang TNI dan rakyat yang harus terus dilestarikan dan dikembangkan.
Tahun(not set)